Bagi masyarakat yang tinggal di daerah suburban, perjalanan setiap hari dengan kereta komuter menjadi salah satu alternatif perjalanan. Berdesak-desakan pun tak mengapa, asalkan badan terangkut untuk beraktivitas di pusat kota. Memang, dengan semakin macetnya jalanan, orang lebih memilih untuk menggunakan kereta komuter karena dianggap lebih pasti jam kedatangan dan keberangkatannya. Sebutlah saya tinggal di Depok dan bekerja dan kuliah di Jakarta, rutinitas setiap hari adalah bergulat dengan desak - desakan di kereta atau memilih untuk bermacet - macetan di jalan tol asalkan sampai di tujuan dengan selamat dan nggak terlambat.
![]() |
Via Giphy.com |
Sewaktu belum hamil, mau sepadat apapun kalau sudah mepet waktunya ya saya berjuang dengan sekuat tenaga biar bisa terangkut KRL. Walaupun demikian saya tetap menjunjung tinggi etika naik KRL dimana memprioritaskan ibu hamil, ibu membawa anak, lansia, dan penyandang disabilitas untuk duduk di bangku baik prioritas maupun non prioritas. Tetapi setelah hamil ini saya lebih baik mengalah menunggu kereta selanjutnya yang kiranya lebih lega. Tidak salah bila seseorang untuk duduk di bangku, toh memang disediakan untuk itu, yang menurut saya kurang tepat adalah bersikap tak acuh ketika ada orang - orang dari kalangan "prioritas" tadi berdiri di depannya.
Sebenarnya sih petugas informasi di KRL sudah sering memberitahu agar penumpang memprioritaskan penumpang prioritas, tetapi pemberitahuan itu seakan dianggap angin lalu oleh penumpang dengan kesadaran rendah.
Sebenarnya sih petugas informasi di KRL sudah sering memberitahu agar penumpang memprioritaskan penumpang prioritas, tetapi pemberitahuan itu seakan dianggap angin lalu oleh penumpang dengan kesadaran rendah.
Kepadatan penumpang komuter sendiri nggak hanya di Indonesia, di beberapa negara tetangga yang pernah saya kunjungipun juga sama padatnya, terlebih di rush hour. Saya contohkan di Singapura, dalam menggunakan alat transportasi masal umumnya mereka sudah disiplin dengan tidak menduduki kursi prioritas. Beberapa kali saya melihat kursi prioritas dibiarkan kosong walaupun pada saat itu sedang banyak penumpang yang berdiri.
![]() |
Via Giphy.com |
Beberapa kali kejadian tidak mengenakan menimpa saya di kursi kereta komuter, memang pada saat itu kandungan saya muda, sehingga ukuran perut saya relatif kecil. Dengan menahan mual setiap kali saya naik KRL, saya selalu meminta tolong petugas untuk mencarikan kursi prioritas untuk saya. Suatu ketika dari stasiun Karet, saya yang kondisinya sudah lumayan lemas naik ke KRL tanpa bantuan petugas karena tidak ada pada saat itu. Saya kemudian langsung ke lokasi kursi prioritas, dan bertanya adakah sekiranya bukan penumpang prioritas.
Ibu - ibu yang belum lansia : "Gak ada mbak, sini juga butuh duduk."
Mas - mas Sotoy : "Emang hamil berapa bulan sih?"
Saya : "dua setengah bulan mas"
Mas - mas Sotoy: "halah, masih kecil itu. belum berat".
Lah menurut ngana? Kondisi saya saat itu lagi mabok maboknya ..
Sampai di Stasiun Manggarai saya bergeser mencari tempat duduk di kursi non prioritas, disana banyak wanita muda yang tidak membawa barang berat maupun anak duduk, tetapi sama sekali tidak ada yang berkenan memberikan tempat duduk untuk saya. Sampai ada seorang bapak - bapak separuh baya yang saat itu juga berdiri menghardik seorang mas - mas memintanya untuk berdiri. Sungguh berterima kasih untuk Bapak tersebut kiranya Bapak selalu memperoleh keselamatan dan rejeki dimanapun Bapak berada.
Sampai di Stasiun Manggarai saya bergeser mencari tempat duduk di kursi non prioritas, disana banyak wanita muda yang tidak membawa barang berat maupun anak duduk, tetapi sama sekali tidak ada yang berkenan memberikan tempat duduk untuk saya. Sampai ada seorang bapak - bapak separuh baya yang saat itu juga berdiri menghardik seorang mas - mas memintanya untuk berdiri. Sungguh berterima kasih untuk Bapak tersebut kiranya Bapak selalu memperoleh keselamatan dan rejeki dimanapun Bapak berada.
Jadi sebagai pengguna kendaraan umum hal - hal yang perlu di perhatikan saat naik kendaraan umum antara lain
- Mendahulukan penumpang yang turun
Etika pertama yang harus dilakukan sebelum naik
kendaraan umum adalah memberikan kesempatan penumpang untuk turun terlebih
dahulu. Kenapa? Agar tersedia ruang untuk penumpang baru dan tidak berdesakan.
Akan lebih baik lagi bila kita antri dan tidak berkumpul di depan pintu masuk
kereta. Pengalaman sewaktu menggunakan subway di Korea pada rush
hour sekalipun orang - orang berderet antri pada garis yang sudah di
tentukan. Berdempetan tapi tidak berdesak - desakan.
- Segera masuk ke Bagian Paling Dalam
Terdapat perbedaan kebiasaan penumpang di jam – jam rush hour dan penumpang di jam biasa. Penumpang di rush hour cenderung langsung masuk ke
bagian dalam, yaiyalaah siap – siap tergencet kalau di pintu KRL, apalagi kalau
tujuannya jauh. Kalau hanya 1 – 2 stasiun saja ya jangan masuk terlalu dalam
sih, ntar menyulitkan diri sendiri. Tujuannya apa sih segera masuk ke bagian
paling dalam ? Biar nggak berdesakan di depan pintu sehingga merugikan penumpang
lain yang mau naik dan turun.
- Memberikan kursi prioritas kepada orang yang berhak
Nah ini nih, core – nya, beberapa
orang yang kurang empati dan simpatinya ini sering acuh tak acuh terhadap
pengguna prioritas dengan menggunakan kursi prioritas yang bukan haknya. Haduh,
seharusnya malu ya kalau kita menggunakan sesuatu yang bukan hak kita J
![]() |
Via Google |
Siapa sih orang – orang yang berhak itu ? Mereka adalah ibu hamil, ibu
dengan anak kecil, orang lanjut usia, dan penyandang disabilitas. Kenapa sih perlu memberikan kursi prioritas
kepada orang – orang yang berhak ? Bukankah kita sama – sama membayar harga
yang sama ? Secara mobilitas mereka lebih sulit untuk bergerak apalagi
penyandang disabilitas, terutama pada saat berdesak – desakan. Gak kasihan apa ibu
– ibu hamil, anak – anak kecil atau kakek nenek kegencet orang ? Kebiasaan yang
harus dihilangkan adalah pura – pura tidur dan pasang headset kalau sudah duduk
di kursi prioritas.
Kapan ya setiap orang punya kesadaran untuk tidak menggunakan kursi
prioritas atau mengosongkan kursi prioritas bila merasa tidak berhak ? Pendidikan
tentang etika, kepekaan, simpati seperti ini bukankah sudah diajarkan semenjak
sekolah dasar ? Orang tua sebagai madrasah pertama untuk anak, sebaiknya juga
menanamkan hal – hal dasar seperti ini.
Komentar
Posting Komentar